body

Monday 11 December 2017

PAPPASANG TAU MANGKASARAK

PAPPASANG MAKASSAR ( pps)

Andi Sahtiani Jahrir
Andi Rifaldi Rustam
Artha Prasetyo S.
 

Dalam khazanah kesusastraan Makassar, terdapat jenis kesusastraan klasik yang mengandung ajaran moral. Masyarakat pendukungnya menyebut atau menamakan jenis kesusastraan ini dengan nama pappasangatau sering disingkat pasangPappasang ini pada umumnya bernafaskan ajaran moral yang Islami (Rahim, 1995:85). Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat Makassar dapat dikatakan seratus persen menganut agama Islam, sehingga sangat wajar di dalam kesusastraannya itupun hal seperti itu banyak terungkap (Yatim, 1983:24). Pappasang adalah kata bahasa Makassar yang maknanya sama dengan kata nasihat atau wasiat dalam bahasa Indonesia.
Adapun cara penulisan untuk mempermudah memahami pappasang dalam buku ini adalah sebagai berikut,
a.       Bagian a, ungkapan secara sempurna dalam aksara lotara dan latin.
b.      Bagian b, ungkapan yang kata-katanya bardasarkan arti yang sebenarnya.
c.       Bagian c, arti menurut kalimat ungkapan dalam bahasa Indonesia. 
d.      Bagian d, arti yang sebenarnya secara bebas dan seterusnya uraian makna dan arti ungkapan.

1.      a. abulo sibt pki atu
  merso tmtpu
  nnp nia sn ni puskai

Abbulo sibatang paki antu,
mareso tamattappu
nanampa nia sannang ni pusakai.

b. Bambu sebatang semua kita
bekerja tak putus-putus
kemudian senang di miliki.

c. Seperti satu batang bambu kita bekerja terus sama-sama akan kita dapati kesenangan.

d.  “Bekerja dengan jujur dan bersatu akan menghasilkan pekerjaan yang tak terhenti sebagai tugas memberi kesenagan dan keberuntungan”
Pappasang ini selalu dikumandangkan di masyarakat Makassar dalam pertemuan-pertemuan oleh berbagai pihak dalam usaha melaksanakan sesuatu pekerjaan atau kewajiban bersama untuk dinikmati bersama oleh seluruh warga masyarakat.
Bahwa sebagai contoh seseorang atau beberapa orang  saja yang mengerjakan sesuatu atau menghadapi sesuatu diantara banyak orang dan orang lain tinggal menonton pasti hasilnya tidak ada dan bukan milik bersama, makanya haruslah dihimpun seluruh masyarakat dan bergotong royong melakukan suatu tugas atau tantangan dengan kejujuran, maka pasti berhasil dan hasilnya akan merupakan  hasil bersama karena tugas itu dikerjakan dengan jujur sehingga memberikan  keberuntungan.
Yang ikut bersatu bekerja dia pulalah yang menikmati hasilnya. Pappasang ini sangat bermanfaat sekali dalam menggalakkan suatu usaha terutama dalam pembangunan karena yang akan menikmati adalah seluruh yang ikut melaksanakan tersebut dan akan mendapat kepuasan bersama.
Pappasang ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Makassar sebagai pappasang yang arti dan makna kejujuran dalam bersekutu untuk membina kesatuan dan kesepakatan.
(Tangdilintin, 1984: 18)

2.      a. asbyko nutbu
  pkjai amlnu
         aiymiatu  boko tela ri aj

Assambayangko nutambung,
pakajai amalaknu
iyamiantu bokong taklea ri anja.

b.  Bersembahyanglah dan berserah
perbanyak amalmu
itulah bekal menyaberang di akhirat.

       c.  Bersembahyanglah dan berbuat amal sebagai bekal ke akhirat.

       d.  “Selama hidup bersembahyanglah dan beramal untuk dapat diterima  di sisi Tuhan”
Pappasang ini adalah nasehat dari masyarakat Makassar yang selalu diucapkan oleh Pemimpin Agama dalam memberikan pelayanana agama atau ceramah keagamaan, karena dengan keyakinan bagi setiap umat dapat berbuat sesuai dengann tuntunan Agama, yaitu selama masih hidup harus taat dan percaya serta bersembahyang untuk mendapat berkat dari Tuhan, demikian pula beramal kepada sesama manusia terutama kepada yang tidak mampu sebagai perbuatan yang merupakan tuntunan Agama, karena mengkasihani sesama manusia. Juga dalam hal ini mengajarkan makna jangan terlalu dikendalikan oleh nafsu serakah dan terpesona kepada kemewahan dunia, sehingga lupa akan kewajiban yaitu bersembahyang dan menghasihani sesama manusia. Semua Agama mengajarkan ajaran tersebut serta  merupakan kewajiban dari setiap orang yang beragama.
Pappasang ini sangat berguna untuk masyarakat Makassar untuk selalu mengingatkan kepada setiap orang agar taat  kepada agama dan menyembah kepada Tuhan serta mengenal dan mau membantu sesama manusia yang tidak berkemampuan.
(L. T. Tangdilintin, 1984: 23-24)

3.      a.  bjikGGi tlG
  ntowlia

Bajikangngangi tallanga
natowalia.

b. Lebih baik tenggelam
daripada kembali.

c.  Lebih baik tenggelam dari pada kembali lagi.

d.  “Sekali layar terkembang pantang surut  kembali.”
Pappasang ini mengartikan bahwa jikalau sudah mengatakan ya, maka harus ya dan tidak boleh merubahnya kembali.
Pappasang ini terkenal sekali dalam kehidupan orang Makassar yaitu setelah mencangkan sesuatu hitam dan putih  terus menjadi pegangannya, seperti dalam perjalanan di laut untuk pergi berlayar, orang Makassar tidak mau balik sebelum mendapat hasil, sehingga dalam setiap keberangkatan itu selalu berkata lebih baik tenggelam dari pada  kembali, maksudnya  kembali di sini ialah kembali tanpa hasil.
Pappasang ini menjiwai seluruh suku bangsa Makassar dalam mengambil suatu keputusan, sehingga dapat kita  buktikan dengan sikap dan pendirian mereka itu sejak dari perlawan terhadap Belanda di Sulawesi Selatan dengan terus menerus peperangan yang terjadi  sejak abad ke-16 dan barulah menyerah dengan berbagai liku-liku pada permulaan abad ke-20, yaitu dengan tertangkapnya Raja Gowa yang terakhir.
Setiap orang tua melepaskan anaknya untuk suatu rencana atau cita-citanya selama berpesan “Kualleangngi tallanga natowalia”, yaitu tanpa barhasil lebih baik hancur atau tenggelam.
Bahwa pappasang yang merupakan falsafah hidup dari setiap orang Makassar ini sangat besar artinya dalam perang Kemerdekaan yang lalu dimana ditandai dengan korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan,  yaitu dengan pendirian lebih baik mati dari pada hidup dijajah Belanda.
Pappasang ini memiliki nilai-nilai yaitu percaya kepada diri sendiri serta berani berkorban demi cita-cita dan bekerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab.
(Tangdilintin, 1984: 34)

4.      a. pun etaai anunu
     etako aelai

     Punna teai anunnu 
     teako allei 
b.  Kalau bukan punyamu 
     jangan ambil

c.  Jangan mengambil barang yang bukan milikmu.

d.  Barang yang maksud di sini adalah barang-barang yang memiliki nilai jual yang tinggi seperti hewan peliharaan, perhiasan, dan lahan pertanian. Kejujuran tidak boleh dianggap biasa, bahkan disepelehkan dalam kehidupan di masyarakat Makassar. 
     (Machmud, 1996: 51)

5.      a.  boyai riklukua
rikloko tegnoa
aill mitu siekedk nmlb

            Boyai rikalukua
            rikalongkong takgenoa
            ilalang mintu sikeddeka namalabbang

 b. Cari di kelapa
            kelapa yang tidak ada isinya
            di dalam itu sedikit cukup

 c.             Carilah rezeki yang halal dan berkah,
            carilah ilmu yang bermanfaat dan aplikasikan,
            amalkan untuk kebahagian kita untuk dunia dan akhirat

 d.             Maksudnya kalau mencari rezeki dibekali dengan kejujuran maka rezeki yang kamu dapat akan berkah dan halal serta bisa bermanfaat bagi kita atau pun bagi orang lain untuk amal ibadah kita di dunia maupun di akhirat.
     (Machmud, 1996: 16)


6.      a.  pun lanmeGko abdu, etako abt-btai aiaerk 
akmesaGi pun tau brni apl poporo mea rikau, nsb pun aill abud ajo tau brniau sn krsn mtn pun asidelk musun, mik kocin pun aemt taua aill abudu aiami atu tp, jjuuru, siag brani siag kcredk.

Punna lanamangeko akbunduk, teako akbata-batai iyareka angkamaseangi punna tau barani appalak popporokmange rikau, nasabak punna ilalang akbunduk, anjo tau barania sannak karrasakna matanna punna assidallekang musunna, mingka konci punna ammeta taua ilalang akbunduk iyami antu tappak, jujuruk, siagang barani siagang kacarakdekang.

       b. Kalau mau pergi berperang jangan ragu-ragu atau mengasihani kalau orang berani minta maaf kepada kamu sebab kalau didalam berperang, itu orang berani sangar matanya kalau berhadapan musuhnya tetapi kuncinya kalau mengalahkan orang di dalam perang yaitu yakin,  jujur, dan berani dan kepintaran.

       c.  Jika engkau menghadapi perang, janganlah ragu-ragu mengasihani orang berani yang memohon belas kasihan. Sebab dalam peperangan itu pemberani akan beringas menghadapi musuh, padahal kunci kemenangan dalam peperangan adalah keyakinan yang jujur, dan tekad baik yang dibarengi kepintaran.

       d.  Orang yang bertempur di medan perang, tidak semata-mata mengejar kemenangan. Jika bisa untuk memperoleh kemenangan sudah menguasai seluruh pikiran seorang pemberani di medan peperangan, maka ia akan bertindak kejam dan berusaha menghabisi semua musuhnya. Tindakan seperti ini bukanlah kesatria. Oleh karena itu, seorang pemberani berusaha menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan senantiasa memadukan keyakinan dan kejujuran.
            (A. R. Dg Palallo, 1967: 18)
7.      Pappasang tentang kejujuran sebagai penghormatan terhadap hak orang lain
a.    pun etyai kau aptejGi etako aelai anjo kyu riptejG.
pun etyai brnu etako aelai.
pun etyai kau attki etako aelai ajo kyu elbk ritt aujun.

Punna teai kau ampatanjengi teako allei anjo kayu ripatanjenga.
Punna teai barangnu teako allei.
Punna teai kau antattaki teako allei anjo kayu lekbaka ri tatta ujunna.

b.    Jika bukan kamu menyandarkan jangan ambil itu kayu yang disandarkan.
Jika bukan barangmu jangan kamu ambil.
Jika bukan kamu menetak jangan ambil itu kayu yang sudah ditetak ujungnya.

c.     Jangan mengambil kayu yang disandarakan jika bukan engkau yang menyandarkannya.
Jangan mengambil barang yang bukan milikmu.
Jangan mengambil kayu yang ditetak pangkalnya, dan bukan kamu yang menetaknya.

d.    Makna dalam hal ini pemakaian sastra tersebut pada rakyat Makassar pada masa lampau dan apa pengaruhnya pada masyarakat tersebut
Makna dari pappasang tersebut yaitu menyiratkan mengenai ajaran untuk menghormati hak orang lain di samping mengetahui hak sendiri. Pappasang ini diungkapkan untuk mengingatkan masyarakat Makassar untuk selalu menghormati hak orang lain. Pappasang tersebut merupakan perwujudan dari nilai kejujuran. Kejujuran tidak boleh dianggap biasa, bahkan disepelekan dalam kehidupan masyarakat Makassar. Kejujuran hendaknya senantiasa dilestarikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab terjadinya ketidakseimbangan dalam masyarakat adalah tidak diaplikasikannya nilai-nilai kejujuran itu. Padahal berlaku jujur merupakan suatu keharusan bagi setiap individu. (Machmud, 1996: 15)

8.      Pappasang tentang Kejujuran sebagai Benteng Kehidupan
a.     bt lbusukji nipek atp bl.

Batang lambusukaji nipake attumpak ballak.

b.    Batang (kayu) lurus hanya dipakai menahan rumah.

c.     Hanya kayu yang lurus dijadikan penyanggah rumah.

d.    Hanya orang yang mampu berlaku jujur yang dapat diangkat menjadi seorang pemimipin yang adil dan bijaksana. Pemimpin hendaknya tidak banyak menuntut hak dalam kewajibannya, sebab amanah yang diberikan kepadanya dianggapnya sebagai suatu tanggung jawab. Pappasang ini sangat cocok untuk masyarakat Makassar dan biasa diungkapkan dalam rangka pemilihan kepemimpinan supaya para calon pemimpin dapat menjadi pemimpin yang jujur yang dapat membawa rakyatnya keluar dari keterpurukan. Pemimpin diibaratkan sebagai penyanggah kota Makassar yang dapat mengayomi seluruh masyarakatnya. Dengan demikian, kejujuran merupakan kendali yang sangat penting bagi seorang pemimpin sebagai benteng pertahanan yang harus kuat untuk menyanggah kota Makassar ini dari terjangan angin godaan yang sangat kencang. 
(Machmud, 1994: 21)

9.      Pappasang tentang Menghargai Orang Lain
  1. nia  rua asln kjujurG iaiamiatu.
pun etn nkuel nugauk etamko akn-knai.
pun etn nukuel  ser coto etamko amertai meG ri taua.
            
Niak rua assalakna kajujurranga iamintu :
Punna tena nakkulle nugaukang teakmako akkana-kanai.
Punna tena nukkulle sare conto teakmako ammarentai mange ri taua.

b.    Ada dua asalnya kejujuran yaitu:
Kalau tidak bisa kamu lakukan jangan kamu berbicara.
Kalau tidak kamu bisa kasi contoh jangan kamu memerintah kepada orang. 

c.     Yang menjadi pangkal kejujuran ada dua, yaitu:
Jangan kamu ucapkan sesuatu kalau tak sanggup melaksanakannya
Jangan memerintah sesuatu kalau kamu tidak sanggup memberi contoh sebelum orang lain melakukannya 

d.    Dalam pappasang diingatkan, agar selalu berusaha untuk membuktikan hal-hal yang dikatakan melalui perbuatan. Perkataan yang tidak sesuai dengan perbuatan pada hakikatnya merupakan cermin dari ketidak jujuran itu. Pappasang di atas mengingatkan bahwa banyak orang yang mudah mengumbar janji, pappasang ini sering diungkapkan oleh masyarakat Makassar untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang jujur dan bertanggung jawab. Selain itu pappasang ini juga cocok menjadi pedoman bagi pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik, bertanggung jawab dan selalu memberi contoh yang baik bagi masyarakatnya. (Machmud, 1994: 33)

10.    a.  ncinin mt sn ggn siag bji atin.

Nacinikna mata sanna gagana siagan bajiki atinna.

b.  Kena mata cantik senelaran hati bagus potongan (model).

c.  Kelihatan semuanya baik dan tidak terdapat cacat yang tepat dicela.
d.              Ungkapan ini adalah ungkapan yang sangat baik dalam pergaulan antara seseorang dalam masyarakat dimana, setiap orang tidak menginginkan akan mendapat ketika baikan dari temannya dan hanya mau mengetahui kebaiaknnya saja sehingga tidak perna ada celaan.
Penjelasan di atas merupakan suatu ungkapan seseorang dalam masyrakat ,dimana setiap masyarakat tidak mengiginkan pendapat ketika baikan dengan temanya dan hanya mau mengetahui kebaikannya saja.Tradisi tersebut sebagai sumber Informasi budaya daerah Sulawesi Selatan Tahun 1986. (Amir, 1982: 14)

11.    a.  pmipi tean nngl sulo siag ry tean ngp 
  sulo.

Pamimping taena nangnagalak sulo, siagan rakyak taena nanggappa sulo.

b.  Pemimpin tak memegang lampu, rakyat tak mencapai lampu.

c.  Seharusnya pemimpin yang memegang jabatan/pemerintahan memiliki pengetahuan dan rakyat hendaknya menyikuti pemerintahnya yang baik itu.

d.              Bahwa sering dalam masyarakat itu terdapat pemerintah utamanya pada pemerintahan adat dahulu kala kurang mempunyai kemampuan serta akal untuk memimpin, apa yang dilakukanya adalah apa adanya saja seperti sedia kala karena dia adalah pewaris pemerintahan/kekuasaan juga masyarakatnya yang selalu menunggu dan bagaimana perintah dari pemimpinnya untuk memperbaiki kehidupan dan pembangunan masyarakatnya tetapi karena pemimpin itu kurang mempunyai kemampuan atau pengetahuan untuk pemerintah artinya rakyatnya bekerja dan diperintahkan seadanya saja. Untuk itu dahulu pemilih pemerintah diharapkan pada raja atau pemerintah yang lebih tinggi agar supaya penunjukan seorang pemerintah itu sebaiknya orang yang berpengetahuan agar supaya rakyat mempunyai kemajuan dan dapat mengikuti perintah dari pemerintahnya dengan baik yang tidak simpang siur.
Di atas menjelaskan tentang  pemimpin dalam pemerintahan utamanya pada pemerintahan adat dahulu kala kurang mempunyai pengetahuan yang luas serta akal dalam memimpin, bagaimana perintah dari pemimpinnya untuk memperbaiki kehidupan dan pembangunan masyarakat, yaitu masyarakat selalu menunggu dan bagaimana perintah dari pemimpinnya untuk memperbaiki di dalam kepemimpinannya sehingga tidak ada perselisihan antara pemerintah dengan masyarakat. Tradisi tersebut sebagai sumber kepemimpinan dalalm masyarakat pedesaan di daerah Sulawesi Selatan tahun 1983. (Amir, 1982: 15)

12.    a.  pmipiG tean nGr siag ajo npipiG tean tod 
nGr.

Pamimpinga taena nangarap siagan anjo napimpinga taena todong nangarap.

b.  Pemimpin tak mengharap-harap yang dipimpin tak mengharap-harap.

c.  Pemimpin rakyat hendakya tidak mengharapkan sesuatu keuntungan dari rakyatnya, dan begitu pula yang dipimpin itu tidak mengharapkan sesuatu pula dari pemimpinnya.

d.              Dalam pertemuan-pertemuan dimanapun dan juga dalam pergaulan di masyarakat sering seseorang berusaha agar menarik perhatian hadirin, dan masyarakat bahwa untuk jadi pemimpin yang baik janganlah mengiginkan sesuatu keuntungan dari yang dipimpinya begitu pula sebagainya bawahan yang baik yang mau bekerja jangan mengharapkan sesuatu didapat tersendiri dari pemimpinya.
Penjelasan di atas merupakan suatu pemimpin tidak mengharapkan sesuatu atau keuntungan kepada rakyatnya dan begitu pula rakyatnya tidak mengharapkan sesuatu dan keuntungan dari pemimpinnya. Dan juga pemimpin mampu bergaul dalam masyarakat dan pintar menarik perhatian hadirin dan masyarakat. Tradisi sejarah ini sebagai nilai tradisional, direktorat jenderal Sulawesi Selatan Tahun 1986/1987. 
(Amir, 1982: 51)

13.    a.  etako aelai pun etai br-brnu.
pun etai aikau aptej kyu etako aelai.
etako aelai kyu elbk nisisili,pun etaai aikau anto.

Teako allei punna teai barang-barangnu.
Punna teai ikau appatanjeng kayu teako allei.
Teako alleai kayu lebaka ni siksili punna teai ikau anoto.

b.  Jangan ambil kalau bukan punyamu.
Kalau bukan kamu mengandarkan kayu jangan ambil.
Jangan ambil kayu sudah di tetak kalau bukan kamu menebang.

c.  Jangan mengambil barang-barang yang bukan milikmu;
Jangan mengambil kayu yang disandarkan jika bukan engkau menyandarkannya;
Jangan mengambil kayu yang ditetak ujung pangkalnya jika bukan engkau yang menetaknya.

d.  Pappasang tersebut, mengungkapkan kebiasaan orang kampung menyan-darkan atau menetak kedua ujung kayu yang diambilnya di hutan sebagai tanda sudah berpemilik. Masyarakat Makassar yang kurang mampu sering kali mencari kayu di hutan untuk memasak, orang Makassar sering kali menyimpang kayu yang sudah ditebang atau yang sudah ditetak kemudian ditumpuk-tumpuk menjadi satu,kemudian apa bila kayu itu sudah kering barulah pemilik kayu itu dibawa ke dalam rumah. 
(Haddade, 1986: 15)

14.    a.  per ptgl rejku
tliti kupjp
lyr twklku

Parek pattinggallang rajengku
taliti gulinna
layarak tawaklakku

b.  Membuat pengang rajinku
teliti kemudi
layar tawakkal

c.  Rajin kujadikan pegangan
teliti kujadikan kemudi
tawakkal layarku             

d.  Masyarakat Makassar menyakini bahwa kalau kita rajin dalam melakukan kegiatan dan  mejalani hidup dengan ketabahan  serta ketelitian dalam mengerjakan sesuatu, maka Allah Swt., akan meridohi semua yang kita lakukan dan kita tak lupa untuk bertawakkal kepada Allah Swt., karena tawakkal itu adalah jaminan mendapatkan pendidikan yang berguna baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat. 
(Mahmud, 1989: 44)

15.     a.  nia rua kuper kli, buG rpo cidu 
siag eblo-eblo.

Nia rua kupare kalli, bunga rappo cidu 
siagang belo-belo kanuku.
                
b.  Ada dua dibuat pagar, bunga buah nangka 
dengan penghias kuku.

c.   Ada dua kujadikan pagar, kembang nangka dan penghias kuku.

e.    Kemang nangka dalam masyarakat Makassar dinamakan lambusuk, artinya jujur, ada pun penghias kuku dalam masyarakat Makassar dinamakan korongtigi yang mirip bunyinya dengan kata paccing artinya bersih (suci). Sehubungan hal tesebut, dalam masyarakat Makassar, kejujuran dan kesucian jiwa seseorang dapat dijadikan benteng dan penghias kehidupan, sehingga seseorang tampak kaya dengan budi pekerti yang luhur. (Mattalitti, 1986: 95)

16.    Dalam lontarak disebutkan pula, untuk memilih pemimpin harus diperhatikan kriteria, seperti dalam pappasang to riolo asli suku Makassar :
a.  pun amielaiko tumpert eta lloko pielai tau asip juku kjiloa. nsb pun tau asipjuku kjilo nkerai ana. mik aia llo pielai tau asip aro jGG. njgai ann btu ripmrkia. nipkepki kNin pun nia blpoa. npboyGi ker ann mn aillmo kera ri toton pun nia aij ann siag prn jG tmgp ker npsuluji kern btu ri toton nn sera meg ri prn jg.

Punna ammileiko Tumapparenta tea laloko pilei tau assipa juku kanjiloa, nasaba punna tau assipa juku kanjilo nakanrei anakna, mingka ia lalo pilei tau assipa anrong janganga, nasaba punna assipa anrong janganga, najagai anakna battu ripammanrakiya, nipakapeki ka’nyina punna nia balangpoa, napa’boyangi kanre anakna manna ilalangmo kanrea ri totto’na punna nia inja anakna siagang paranna jangang tamannggappa kanre napasuluji kanrena battu ri totto’na nana sareang mange ri paranna jangang.

b.  Kalau memilih raja/pemimpin jangan pilih orang bersifat ikan gabus, karena kalau orang bersifat ikan gabus dia makan anaknya, tapi dia pilih orang bersifat induk ayam, karena kalau bersifat induk ayam, melindungi anaknya dari marabahaya, dia mengepakkan sayapnya jika ada burung hantu, dia carikan makan anaknya biar di dalam nasi di ujung paruhnya jika masih ada anaknya dan sesama ayam tidak dapat makanan dia keluarkan makanan dari ujung paruhnya lalu memberikan kepada sesama ayam.

c.  Kalau memilih raja/pemimpin, jangan pilih orang yang bersifat ikan gabus, karena kalau orang yang memiliki sifat ikan gabus akan memangsa anaknya dan sesama ikan, tapi pilihlah raja/pemimpin yang memiliki sifat seperti induk ayam, karena orang yang bersifat ayam, akan melindungi anaknya dan sesamanya dari  zaman bahaya, akan mencarikan nafkah anak dan sesamanya. Walaupun makanan sudah berada dalam paruh/mulutnya, kalau dilihat masih ada anak atau sesama yang belum dapat makanan, maka dikeluarkanlah dari mulutnya lalu diberikan pada anaknya atau sesamanya yang belum kebagian makanan.

d.           Apabila seseorang memilih raja tidak boleh asal memilih, hendaklah ia memilih raja atau pemimpin yang memiliki sifat kasih sayang kepada rakyatnya atau memiliki rasa empati sesama manusia dan ikut merasakan penderitaan rakyat. Seorang raja harus memiliki jiwa yang tulus, berwibawa ke pada rakyatnya. Agar apapun yang menjadi keluh kesah rakyatnya bisa didengar dan memberi pengarahan yang dibutuhkan oleh rakyatnya sendiri.
Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini masih banyak terdapat pemimpin yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Pemimpin yang berwibawa saat ini sudah barang tentu sangat sulit lagi untuk ditemui karena sudah tak banyak yang memikirkan kepentingan rakyat, yang dipentingkan olehnya dalah kehidupan pribadinya sendiri. Setiap pemimpin seharusnya memiliki sifat kasih sayang yang tulus kepada rakyat ataupun masyarakatnya, rasa empati yang tinggi akan lebih membantu rakyat dari keterpurukan yang selama ini dialaminya. Pemimpin yang jujur amat perlu pula dalam kehidupan karena sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-sehari.
Pappasang ini sangat bermanfaat baik bagi suku Makassar maupun suku lain, karena dengan mendengarkan pappasang ini kita akan lebih jeli dalam memilih seorang pemimpin yang memiliki sifat yang jujur, berwibawa, dan empati yang luar biasa untuk memimpin rakyat kedepannya. (Kulle, 2005: 32)                       

17.    Walaupun begitu, masih ada beberapa sobekan yang sempat diteliti oleh para ahli sejarah dan kemudian dibukukan. Walaupun usia pesan-pesan Karaeng Pattingalloang sudah mencapai ratusan tahun, tetapi masih cocok diterapkan pada era pemerintahan di penghujung abad modern ini. Seperti halnya pesan atau pappasang:

a.  nikny ktoejG srpGi bulo sipp. niaojoki pokon amubai cpn. niaojoki cpn giaoki pokon.

Nikanaya katojengang sanrapangi bulo sipappa, nionjoki poko’na ammbumbai cappa’na, nionjoki cappa’na gioki poko’na.

b.  Yang dikatakan kebenaran ibarat bambu sebatang, diinjak pangkalnya muncullah pucuknya, diinjak pucuknya goyang pangkalnya.

c.  Suatu kebenaran ibarat satu batang bambu, bila diinjak pangkalnya muncul pucuknya, demikian halnya bila diinjak pucuknya maka akan muncul pangkalnya.

d.  Makna dalam kehidupan manusia, bahwa ajaran kebenaran itu tak bisa dikalahkan oleh kebatilan. Di era sekarang ini, yang benar memang bisa disalahkan dan yang salah bisa dibenarkan. Makna hakiki dari kebenaran tersebut, bagaimanapun pintarnya seseorang untuk melenyapkan suatu kebenaran, tetapi tetap kebenaran saja mengikuti filasafah bambu. Menfitnah seseorang padahal orang tersebut benar, tapi suatu saat kebenaran orang tersebut akan muncul di tempat lain dan itu akan menjadi racun bagi orang-orang yang sering menyebarkan kebhatilan di muka bumi ini.
Ungkapan ini begitu kental dalam suku Makassar karena terkadang sering ditemui sebagian orang-orang yang memiliki sifat pembohong. Meskipun kebohongan itu ditutup-tutupi, maka tetap kelak nanti akan terungkap juga. Kebenaran akan selalu mengalahkan kebohongan meskipun kebohongan itu sudah ditutupi bertahun-tahun, tetapi akan muncul kebenaran yang akan disampaikan oleh orang lain. Meskipun orang lain yang mengungkap kebenaran itu pasti tetap saja akan membuat orang yang menutupi kebenaran itu akan tetap diam dan tak memberi alasan apapun.
Pappasang ini menjadi pertanda bahwa suku Makassar begitu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran baginya adalah suatu hal begitu penting bagi setiap orang karena, hal ini akan menjadi penopang hidup yang lebih baik untuk kedepannya. (Kulle, 2005: 33)

18.    Kalau seseorang yang telah menduduki suatu jabatan sebagai pemimpin, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan, sesuai dengan pappasang to riolo sekitar akhir abad XVI dan awal abad XVII :

a.  sitaua tumpert pun ailln apert nnblki tlu rupn pgauk mk leGr kmunepk. auru-aurun nirnua tmlku-lku. mk ruw ajji tnrupai. mk tlu nitrs lbusu nejko.

Sitaua tumapparenta punna ilalangna apparenta nanaballaki tallu rupanna panggaukang maka langngerang kamunapekang. Uru-uruna nirannuang tamallaku-laku. Maka ruwa, ajjanji tanaruppai. Maka tallu nitanrasa lambusu najekkong.

b.  Seorang pemimpin kalau didalam memerintah dia memiliki tiga perbuatan yang membawa kemunafikan. Pertama, jika diharapkan dia berhianat;  kedua, jika ia berjanji dia ingkar; ketiga, jika dianggap jujur dia curang.

c.  Seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya sering terdapat tiga hal yang membawa kemunafikan, yakni pertama, diberi amanah tapi hianat; kedua, berjanji, tetapi ingkar; ketigadianggap jujur tetapi curang.

d.  Dalam diri seorang pemimpin yang telah menganggap dirinya berkuasa di daerah tersebut terkadang muncul rasa kurang bersahabat pada rakyatnya, yaitu memiliki sifat munafik dalam dirinya. Seorang pemimpin hanya pada awal pemerintahan terkadang mengucapkan kepada rakyatnya bahwa saya akan memegang amanah ini dengan baik sampai akhir masa jabatanku, setelah mengucapkan hal tersebut sang pemimpin terkadang melupakan janji yang telah diucapkan sendiri di hadapan para rakyatnya. Apabila kepercayaan yang sepenuhnya rakyat berikan kepadanya terkadang disia-siakan. Kepercayaan penuh yang diberikan rakyat kepada pemimpinnya menimbulkan sikap arogan, sehingga membuatnya memiliki rasa kurang puas dalam dirinya sehingga membuat dirinya menjadi seorang pemimpin yang curang.
Pappasang ini sangat bermanfaat bagi para masyarakat suku Makassar karena pemimpin yang memiliki sifat arogan akan menimbulkan sifat-sifat jelek yang lain. dalam memilih pemimpin hendaklah menepati janji-janji yang selalu dikumandangkannya di hadapan rakyat. Pemimpin yang memiliki sifat arogan sudah begitu banyak ditemui saat ini karena hanya mengumbar-umbar janji dihadapan rakyat akan tetapi hanya sebagian kecil yang dia tepati. Apabila pemimpin itu jujur, maka betapa damai dan tenteramnya masyarakat saat ini dan dengan mengutamakan kejujuran maka akan membantu terciptanya manusia-manusia yang sejahtera.
            (Kulle, 2005: 42)

19.    a.  naiy mitu nikny etk, an prkrn, aiymi                apksibudukGi tau riaoloa n apelko bedr       sipbuduk ri pr Gesn kreaG.
-       auruaurun, niaelai butn.
-       mkruan, rislai jjin.
-       mktlun, nipksiriki ri prn krea.
-       mkapn, nitrai ri klopon mik etn nipauaGi.
-       mklimn, nibunoai psuroan mik etnj aia sl n met.
-       mkann, nidkai tnn aiaerk nipoloGi pnhn.

Naiya mintu nikanayya teka, annang parakarana, iyami
ampakassibundukkangi tau rioloa na appalekok bandera 
sipakbundukkang ri para ngasengna karaenga.
-       Uru-uruna, niallei buttana;
-       Makaruana, risalai janjina;
-       Makatalluna, nipakasiriki ri parana karaeng;
-       Makaappakna, nitarai ri kalompokna mingka tena nipauangi;
-       Makalimana, nibunoi passuroanna mingka tenaja ia sala na mate;
-       Makaannangna, nidakkai tanana iareka nipolongi panahangna.

b.  Yaitu teka, enam hal yang menyebabkan berkelahi orang dulu
mengibarkan bendera perang pada sesama raja.
-       Pertama, ambil tanah;
-       Kedua, ingkar janji;
-       Ketiga, dipermalukan para raja;
-       Keempat, dihadang kelompok tapi tidak diberitahu;
-       Kelima, dibunuh perwakilan tapi tidak salah dia mati;
-       Keenam, dilangkahi tanah atau dipotong penahan. 

c.  Adapun yang dimaksud “teka” (= siap bereaksi karena merasa tersinggung) ada enam hal, itulah menjadi pangkal peperangan di masa lampau, dan menyebabkan dikibarkannya bendera perang bagi raja   besar.
-       Pertama, diambil tanahnya tanpa diberitahu terlebih dahulu;
-       Kedua, perjanjiannya tidak dipatuhi (dipungkiri);
-       Ketiga, dipermalukan oleh sesamanya raja;
-       Keempat, diserbu kelompoknya (negeri pendukungnya) tanpa     diberitahu terlebih dahulu;
-       Kelima, dibunuh dutanya (yang mewakili) atau orang terpilihnya (orang ternama dalam negeri), sedang bukan karena kesalahan yang menyebabkan kematiannya;
-       Keenam, dilangkahi pematangnya, atau dipatahkan penahan (penangkal) kejahatan negerinya (larangannya).

d.  Yang dimaksud dengan teka adalah hal-hal yang dapat memicu terjadinya peperangan diantara para Raja pada zaman dahulu.
-       Pertama, ada orang-orang tidak bertanggung jawab yang dengan seenaknya saja mengambil/merampas tanah milik Raja;
-       Kedua, ada sebuah perjanjian yang telah disepakati bersama namun karena sebuah alasan, salah satu dari pihak tersebut mengingkari janjinya;
-       Ketiga, ada saat dimana seorang raja mempermalukan raja lainnya;
-       Keempat, biasanya terjadi serangan yang tidak terduga dari pihak lain (dalam hal ini adalah pihak lawan);
-       Kelima, ada orang-orang yang tidak bersalah yang menjadi korban dalam sebuah pertarungan sehingga ia harus mengorbankan nyawanya;
-       Keenam, ada pemberontak atau orang-orang yang melanggar hukum yang telah ditetapkan dalam sebuah negeri kerajaan.

Intinya, pappasang ini biasanya digunakan oleh masyarakat Makassar pada zaman dulu yang berisi tentang hal-hal yang memicu terjadinya pertengkaran/peperangan diantara para raja. Sehingga pappasang ini bersifat menjelaskan pemicu-pemicu yang mengakibatkannya. 
(Punagi, 1983: 6—7)
       
20.    a.  naiy niaesG prsG, ap.
-       auruaurun, nipgsiGi adk.
-       mkruan, niktutuai adk.
-       mkruan, nipeaetGi atorG.
-       mkapn, etn n tklup jjin.

Naiya niassenga pakrasangang, appak:
-       Uru-uruna, nipakgassingi adaka;
-       Makaruana, nikatutui adaka;
-       Makatalluna, nipaentengi atoranga;
-       Makaappakna, tena na takaluppa janjina.

b.  Yang dimaksud kampung, ada empat:
-       Pertama, baik adat;
-       Kedua, jaga adat;
-       Ketiga, dirikan aturan;
-       Keempat, tidak lupa janji.

c.  Adapun yang disebut negeri itu ada empat:
-       Pertama, Adat diperkuat (betul-betul dilaksanakan);
-       Kedua, dijaga dan dipelihara (jangan sampai dilanggar);
-       Ketiga, hukum (pertimbangan sesuai yang pernah kejadian) ditegakkan terus;
-       Keempat, Janji (ikrar) tak terlupakan (ditepati).

d.  Sebuah lingkungan hidup hanya akan disebut negeri apabila telah memenuhi empat kriteria/hal-hal yaitu:
-       Pertama, dilaksanakannya seluruh aturan-aturan adat yang berlaku di sebuah negeri;
-       Kedua, dijaga dan dipelihara dalam artian tidak boleh dilanggar karena menyangkut hukum yang diberlakukan dalam sebuah negeri;
-       Ketiga, hukum turun-temurun yang diberlakukan tidak boleh diubah dan justru harus ditegakkan dan dipelihara sehingga dapat menjadi patokan dalam mengambil sebuah keputusan;
-       Keempat, tidak mengingkari janji yang telah diucapkan dan berusaha untuk menepati semua janji yang telah diucapkan. Karena, dalam hal ini ucapan adalah pegangan yang bisa menjadi tolok ukur seseorang.

Intinya, pappasang ini biasanya digunakan masyarakat Makassar dalam memperingatkan bahwa ada empat pilar yang harus terpenuhi apabila suatu tempat/daerah ingin disebut sebagai sebuah negeri. 
(Punagi, 1983: 7—9)

21.    a.  naiy prsG an prkrn, nniaesGi pmtG bjik.
-       auruaurun, niap krean.
-       mkruan, niap ag ejenn.
-       mktlun, niap sisbuGn.
-       mkapn, niap psrn.
-       mklimn, niap tupklbirin.
-       mkann, niap sron.

Naiya pakrasangang annang parakarana, naniassengi pammantangang bajika;
-        Uru-uruna, niakpa Karaengna;
-        Makaruana, niakpa agang jeknekna;
-        Makatalluna, niakpa sisambunganna;
-        Makaappakna, niakpa pasarakna;
-        Makalimana, niakpa tupakalakbirikna;
-        Makaannangna, niakpa sanrona.

b.  Sebuah negeri baik, ada enam perkara;
-        Pertama, ada Raja;
-        Kedua, ada teman air;
-        Ketiga, ada penyambung;
-        Keempat, ada pasar;
-        Kelima, ada yang dihormati;
-        Keenam, ada dukun.

c.  Adapun negeri itu, enam hal yang menyebabkan dikenal sebagai       kediaman yang baik;
-       Pertama, memiliki raja ‘Pemimpin pemerintahan’;
-       Kedua, mempunyai irigasi ‘sumber air yang hidup terus’;
-       Ketiga, memiliki hubungan keluar ‘hubungan diplomatik’;
-       Keempat, mempunyai pasar ‘pusat perniagaan dalam negeri’;
-       Kelima, memiliki orang tua yang bertuah ‘cerdik pandai sumber kebijaksanaan’;
-       Keenam, mempunyai dukun/ahli ‘penjaga dan pembina kesejahteraan rakyat’.

d.  Ada enam hal yang harus ada di dalam sebuah negeri sehingga dapat disebut sebagai suatu tempat kediaman yang baik;
-       Pertama, harus ada pemimpin yang bertugas untuk memimpin rakyatnya. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah seorang raja yang berkuasa atas sebuah kerajaan;
-       Kedua, harus ada sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya;
-       Ketiga, harus ada interaksi keluar dengan kerajaan/negeri lain sehingga interaksi yang dilakukan dapat terjalin dengan luas;
-       Keempat, harus ada sebuah pusat perniagaan untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya;
-       Kelima, harus ada seseorang yang dituakan/dihormati yang hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang yang memberikan nasihat/pengarahan sehubungan dengan interaksi bermasyarakat;
-       Keenam, harus ada seseorang yang ahli dalam membina kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat bisa hidup dengan sejahtera.

Intinya, pappasang ini biasanya digunakan masyarakat Makassar dalam menjelaskan persyaratan sebuah negeri yang dianggap baik. 
(Punagi, 1983: 9—10)

22.    a.  aknai poea aru bil
-       nia ap cp brug = pNikulu
sid aiaerk asibutulu nkn tau
riaolo dudua aush Gesko soln
nugp eGpoai apk cp brug
ajo pun etn nu kuel aempoai GesGi
aen tlu aiaerk rua aiamo ajo.     
-       mkesern cp brug :
psinbuG kn cocoki ri sbuGn
pnb kn sicocoki siag kn
nisbuGn.
-       mkruan cp brug :
etny kcinik birin aill anliti
eprdil siag etn ni curigai.
-       mktlun cp brug :
nipplki pesaibG ri tG psibutul, 
sb nikir-kir akueaai nph kn-kn tauriaolo dudua siag n aies jpn aedelk.
-       mkapk cp brug :
brni sbn tau kurg brnia, etn nmlki
kbrnia poro albusi predlG.

Akkanai Poeng Arung Bila :
-       Niak appa “Cappak Baruga” (= pannyingkulu
sidang iareka assibuntulu) nakana tau 
riolo dudua, usaha ngasengko sollanna
nunggappa ngempoi appaka “cappak baruga”
anjo punna tena nu kulle ammempoi ngasengi
anne, tallu iareka rua iamo anjo;
-       Makasekrena, Cappak Baruga :
pasisambung kana, cocoki ri sambunganna
pannamba kana sicocoki siagang kana 
nisambunganna;
-       Makaruana, Cappak Baruga :
tenaya kacinikang birinna ilalang annaliti
peradilan siagang tena ni curigai;
-       Makatalluna, Cappak Baruga :
nipappalakki passeimbangang ri tangnga passibuntulang,
sabak nikira-kira akkullei na pahang kana-kana tau riolo
dudua siagang na isseng jappanna adeleka;
-       Makaappana, Cappak Baruga :
barani sabakna tau kurang barania, tena nammallaki
kabaraniang poro allambusi paradelanga;

b.  Akkanai Poeng Arung Bila :
-       Niak appa “cappak baruga” (=pannyingkulu sidanga iareka bonena assibuntulu) na kana tau riolo dudua, usaha ngasengko sollanna nunggappa ammempoi appaka “cappak baruga” anjo, punna tena nu kulle ammempoi ngasengi, tallu iareka ruamo lebak ganna;
-       “cappak baruga” makasekre iamiantu :
Sisambung kana, cocoki ri sambunganna, annempele kana, sicocoki siagang tempelanna;
-       “cappak baruga” makaruana iamiantu :
Tena na kacinikkang birinna lalang anneliti panngadelan, siagang tena ni curigai siagang singkammana;
-       “cappak baruga” makatalluna iamiantu :
Nipappalakki passeimbangang ritangnga passibuntulang, sabak nikira-kirai ia akkullei pahang kana-kana tau riolo, siagang na isseng jappanna adeleka;
-       “cappak baruga” makaappana iamiantu :
Ammallaki kabaraniang, sabak tau anjo kurang barania(mallak), tena ammallaki kabaraniang poro allambusi paradelanga anjo;

c.  Berkata Lagi Arung Bila : 
-       Ada empat “Pojok-baruga” (= sudut persidangan atau isi pertemuan) menurut orang dahulu kala, usahakanlah semua agar dapat menduduki keempat “Pojok-baruga” itu, jika tidak dapat menduduki semua, tiga atau duapun sudah cukup;
-       “Pojok-baruga” pertama ialah :
Menyambung kata, tepat pada sambungannya, menempel kata, sesuai dengan tempelannya;
-       “Pojok-baruga” kedua ialah :
Yang tidak nampak pinggirnya dalam penelitian peradilan, serta tidak diragui (dicurigai) oleh sesamanya;
-       “Pojok-baruga” ketiga ialah :
Dimintai pertimbangan ditengah majelis (pertemuan), sebab diperkirakan ia mampu memahami kata-kata orang dahulu, serta mengenal jalan/arah peradilan;
-       “Pojok-baruga” keempat ialah :
Mempunyai keberanian, sebab orang yang kurang berani (penakut), tidak memiliki kemampuan untuk menegaskan (meluruskan) peradilan itu;

d.  Janganlah hendaknya seseorang itu sama sekali tidak memiliki kemampuan yang dapat diketengahkan dalam suatu majelis persidangan yang dihadiri oleh beberapa orang terkemukakan, cerdik pandai, kalaulah tidak menguasai seluruhnya, cukuplah satu-dua saja, agar ia dapat pula termasuk dalam hitungan/bilangan orang-orang yang disegani, dapat dipandang sebagai manusia-sumber. 
(Punagi, 1983: 23—24)
     
23.    a.  aknai poea aru bil:
-       nkn tau rialolo dudua nia ap prmt”  sn siGrn.
-       mkesern ktoejG siag klbus .
-       mkruan abicr toej siag tutuai.
-       mktlun sirii siag ktoejG ati.
-       mkapn akl siag bji Nw.
-       anokoki ktoejG, aiamiatu pgauk nicly.
-       anokoki kn toej, aiamiatu etn bel-bel.
-       anokok isiri-siri, aiamiatu.
-       anokoki akl, aiamiatu, akro-kro.
                           
Akkanai Poeng Arung Bila :
-       Nakana tau riolo dudua, niak appa “parammata” sannak singarakna;
-       Makasekrena, katojengang siagang kalambusang;
-       Makaruana, akbicara tojeng siagang tutui;
-       Makatalluna, sirik siagang katojengang ati;
-       Makaappana, akkala siagang bajik nyawa;
-       Annongkoki katojengang, iamiantu panggaukang nicallaya;
-       Annongkoki kana tojeng, iamiantu tena balle-balle;
-       Annongkoki sirik-sirik, iamiantu;
-       Annongkoki akkala, iamiantu akkaro-karo;
                                          
b.  Akkanai Poeng Arung Bila :
-       Nakana tau riolo dudua, niak appak “parammata” anjo singaraka;
-       Makasekre, katojengang siagang kalambusang (turuki na mallak);
-       Makarua, akbicara tojeng siagang tutu;
-       Makatallu, sirik-sirik siagang katojengang ati;
-       Makaappak, akkala pikkiran siagang baji ati;
-       Anjo annongkoki (ammanraki) katojengang anjo, iamiantu panggaukang anjo nicallaya;
-       Anjo annongkoki (ammanraki) kana baji, iamiantu tena balle-balle;
-       Anjo annongkoki (ammanraki) sirik-sirik, iamiantu;
-       Anjo annongkoki (ammanraki) akkala pikkirang, iamiantu akkaro-karo;

c.  Berkata Lagi Arung Bila :
-       Menurut orang dahulu kala, ada empat “Permata” yang bersinar terang:
-       Pertama, kejujuran disertai ketaatan (patuh dan takut );
-       Kedua, berkata benar disertai waspada;
-       Ketiga, malu (khusus perasaan bersalah) beserta keteguhan hati;
-       Keempat, akal fikiran beserta baik hati (peramah);
-       Yang menutupi (merusak) kejujuran itu, ialah perbuatan yang tercela;
-       Yang menutupi (merusak) kata benar, ialah dusta-nestapa;
-       Yang menutupi (merusak) malu (perasaan bersalah), ialah kelobaan (rasuk);
-       Yang menutupi (merusak) akal fikiran, ialah keterdesakan (kepepet);

d.           Setiap orang hendaklah memperhatikan (mengindahkan) senantiasa keempat “mutiara” (katojengang siagang kalambusang, akbicara tojeng siagang tutui, sirik siagang katojengang ati, akkala siagang bajik nyawa) itu yang menyinari hidup ini, agar terhindar dari kesulitan.
Pappasang ini biasa digunakan dalam masyarakat makassar, dalam hal memberikan nasehat atau petuah-petuah yang berisi tentang pengajaran tentang nilai-nilai moral dan kejujuran. 
(Punagi, 1983: 27-29)

24.    a.  aknai poea aru bil:
-       nia an hn n nk tau riaoloa dudua ajo nisbuk tau bjitn, aamiatu a ai Ges amub ri tau bjik.
-       kaupk mkesern, aiamiatu ktoejG, ksugua Nw.
-       kaupk mk ruan, iamiatu kn-kn toej etnanbt-bt.
-       kaupk mk tlu, aiamiatu ktgua Nw.
-       kaupk mkap, aiamiatu pGli.
-       kaupk mklimn, aiamiatu kcredk.
-       kaupk mkan, aiamiatu kbrnia.
-       nia poel aupn tau lbusuk, aiamiatu aumuru jai/lbu.
-       nia poel aupn tauu km toGi biesa akuela ni boenai.
-       nia poel aupn tau lm Na.
-       nia poel aupn tau niak sirin aimitu ag, jai n riami poel kreG akuel amoli anu tkuel ni kbuar.
-       nia poel aupn tau credk aiamiatu klumNG.
-       Nia poel aupn tau brnia, aiymiatu pd btu ri engrt.

Akkanai Poeng, Arung Bila :
-       Niak annang halna na kana tau riolo dudua anjo ni sakbuka tau bajitannang iamiantu ia ngaseng ammumba ri tau bajika;
-       Kaupakkang makasekrena, iamiantu katojengang, kasungguang nyawa;
-       Kaupakkang nakaruana, iamiantu kana-kana tojeng tena na bata-bata;
-       Kaupakkang makatalluna, iamiantu katangguan nyawa;
-       Kaupakkang makaappakna, iamiantu panggalik;
-       Kaupakkang makalimana, iamiantu kacarakdekang;
-       Kaupakkang makaannang, iamiantu kabaraniang;
-       Niak pole upakna tau lambusuka iamiantu umuruk jai/lakbu;
-       Niak pole upakna tau kammatongi biseang akkulle ni bonei;
-       Niak pole upakna tau lamma nyawa ;
-       Niak pole upakna tau niaka sirikna iamiantu agang jai, na riami pole karaenga akkulle ammolik anu takkulle ni kabuarrang;
-       Niak pole upakna tau carakdeka iamiantu kalumannyang;
-       Niak pole upakna tau barania iamiantu paddang battu ri negarayya;

b.  Akkanai Poeng Arung Bila :
-       Niak annang halna nakana tau riolo dudua anjo nisakbukka tau upak,  anjo ngaseng ammumba ri tau anjo bajika;
-       Makasekrena kaupakkang, iamiantu katojengang, kasungguang nyawa;
-       Makatalluna kaupakkang, iamiantu katangguan nyawa;
-       Makaappakna kaupakkang, iamiantu kasiak sirik;
-       Makalimana kaupakkang, iamiantu kacarakdekang;
-       Makaannangna kaupakkang, iamiantu kabaraniang rassi mantap;
-       Niak pole upakna tau malambusuk anjo, iamiantu labbu umuruk;
-       Niak pole upakna tau kammatongi biseang akullea nibonei;
-       Niak pole upakna tau baji ati anjo, jai turunanna;
-       Niak pole upakna tau naisseng sirik, iamiantu jai ampinawangi, iami pole karaeng akkulle ammoli kabuarrang;
-       Niak pole upakna tau anjo carakdeka siagang carakdek anjo, iamiantu akjari kalumanyang;
-       Niak pole upakna tau barania anjo, iamiantu paddang battu ri negarayya;

c.  Berkata Lagi Arung Bila :
-       Ada enam hal menurut orang dahulu kala yang disebut orang Mujur (beruntung), yang kesemuanya muncul dari orang yang baik budi-pekertinya;
-       Pertama kemujuran, ialah kejujuran, bersungguh hati;
-       Kedua kemujuran, ialah kata-kata benar tanpa ragu;
-       Ketiga kemujuran, ialah keteguhan hati;
-       Keempat kemujuran, ialah rasa malu (karena berbuat salah);
-       Kelima kemujuran, ialah kepintaran (penuh selidik);
-       Keenam kemujuran, ialah keberanian penuh kemantapan;
-       Adapun mujurnya orang-orang jujur itu, adalah panjang usia;
-       Adapun mujurnya orang bagaikan perahu dapat dimuati;
-       Adapun mujurnya orang teguh hati itu, banyak turunan;
-       Adapun mujurnya orang tahu malu (karena suatu kesalahan), ialah banyak taman/pengikut, kepadanya jualah raja dapat menyimpan rahasia;
-       Adapun mujurnya orang yang pandai dan pintar itu, menjadi kaya;
-       Adapun mujurnya orang pemberani itu, ia merupakan perisai dari negeri;
                             
d.  Biar orang itu dapat memperoleh kejujuran dalam mengarungi hidup di dunia ini, dianjurkan agar mereka senantiasa berlaku baik budi pekertinya, dapat mengendalikan diri. Sehingga mereka dapat dipercaya oleh masyarakatnya, oleh pemerintahnya untuk menjadi pengayom masyarakat dan negerinya.
Pappasang ini biasanya digunakan dalam masyarakat makassar, dalam hal memberikan nasehat dan petuah-petuah sehubungan tentang budi pekerti untuk menjadi seorang warga masyrakat yang baik dalam suatu pemerintahan. 
(Punagi, 1983: 29—32)

25.    a.  etako kearokGi kearoknu, etatoko earoki
  aempo ri k tigia tnukuelaai sl nupkbjiki aen ngry. Niboypko n p btu, nijojo pako np nu aiaoai. 

     Teako kaerokkangi kaerokannu, teatongko erokki ammempo ri katinggiang tannukulleai sallang nupakabajiki anne nagarayya. Niboyapako nampa battu, nijokjok pako nampa nu ioi.

b.  Jangan inginkan keinginanmu, jangan juga mau duduk di tempat tinggi yang kamu tidak bisa nanti kamu  perbaiki negara ini. Nanti kamu dicari baru datang, nanti kamu ditunjuk baru katakan iya.

c.  Janganlah menyarahkahi kedudukan, jangan pula terlalu mengingini jabatan tinggi kau takan sanggup memperbaiki negara. Kalau dicari baru akan muncul, kalau ditunjuk baru kau mengaku.

d.  Pada dasarnya semua orang mencita-citakan kedudukan atau jabatan tinggi, tetapi takdir dan kesempatan membawanya kearah lain. Tetapi manakala keserakahan menjadi tolak suatu cita-cita maka dalam perjalanan menuju cita-cita itu unsur moral akan disampingkan, lebih-lebih lagi kalau ditunjang oleh keluasaan. Sebaliknya seorang yang beritikad baik pada umumnya mempunyai harga diri. Oleh sebab itu, ia tidak akan mengemis jabatan dengan mengorbankan harga dirinya.
     (Haddade, 1986: 23)

26.     a.  etako kbiasGGi kelnu agau, 
kodi, n sb biasai ngili kbias

Teako kabiasangngangi kalennu akgauk kodi, 
na sabak biasai nakgiling kabiasang.

b.   Jangan biasakan dirimu berbuat jelek,
     karena sering menjadi kebiasaan.

c.   Jangan membiasakan dirimu berbuat buruk, karena beralih gunung maka tak beralih kebiasaan.

d.  Bagaimana sulitnya memindahkan gunung lebih sulit lagi mengubah kebiasaan, apalagi kebiasaan yang mendarah daging dan sudah menjadi watak. Perjuangan manusia yang berat ialah melakukan dirinya sendiri.
     (Haddade, 1986: 24)

27.    a.  aelai siekedk pun ajo siekedk aeGr kbjik,
etako aelai jaia pun ajo jai aeGr kkodia.

Allei sikekdekka punna anjo sikekdekka angngerang kabajikang,  
teako allei anjo jaia punna anjo jai angngerang kakodiang.

b.   Ambil yang sedikit kalau yang sedikit membawa kebaikan,
     jangan ambil yang banyak kalau yang banyak membawa kejelekan.

c.   Ambillah yang sedikit bila yang sedikit membawa kebaikan, tolak yang banyak bila yang banyak mendatangkan kerusakan.

d.  Manusia membutuhkan benda sebagai salah satu dari sekran banyak kebutuhan untuk kalanjutan hidupnya, apabila hasrat terhadap benda beralih kecinta benda (Materialistis). Maka kedudukan benda akan bergeser dari pelengkap   menjadi tujuan hidup, dalam keadaan demikian pasti kemanusian dan kebaikan akan dikorbankan demi untuk memperolehnya. Kemenangan adalah tujuan terakhir dari suatu perjuangan, tetapi untuk mencapainya bukanlah berarti mengorbankan kebenaran dan menyampingkan kebaikan.
     (Haddade, 1986: 26)

28.    a.  tutuko melp elp
      mbiesa ret boto
      tlko sl
      nskoko alibubu
      
Tutuko maklepa-lepa
            makbiseang rate bonto
            tallangko sallang
            nasakkokko alimbukbuk

b.  Hati-hatilah bersampan
            bersampan atas daratan
            tenggelam nanti
            kau tersendak debu

c.  Hati-hatilah bersampan
       berperahu di daratan
       nanti kamu tenggelam
       kamu termakan debu

d.  Pappasang di atas biasanya digunakan masyarakat Makassar dan secara simbolis, menasihatkan kepada setiap individu agar selalu waspada atau berhati-hati di dalam mengarungi kehidupan ini. Di dalam mengarungi hidup ini diibaratkan melayarkan bahtera. Seperti yang dimaksud pada larik pertama. Jika setiap individu tidak waspada dan tidak pandai mengendalikannya akan ditelan, yang disimbolkan dengan debu pada larik keempat. 
(Halid, 1997: 136)

29.    a.  tutu lloko ri kn
      aiGko ri pGauk
      kodi gaunu
      kodi todo blsn

            Tutu laloko ri kana
            ingakko ri panggaukang
            kodi gauknu
            kodi todong balasakna

b.  Hati-hatilah dengan tuturan
            ingatlah dengan perbuatan
            jelek perbuatanmu
            jelek juga balasannya

c.  Hati-hatilah dalam berucap
            waspadalah dalam bertindak
            jelek perbuatanmu
            jelek pula balasannya

d.  Pappasang ini biasanya digunakan dalam masyarakat Makassar yang berbicara tentang kewaspadaan, terutama dalam bertutur kata dan bertindak. Khusus tuturan dapat diibaratkan sebagai tombak yang bermata dua. Artinya, di satu sisi tuturan dapat membawa keberuntungan, tetapi di sisi lain dapat pula membawa bencana. Baik keberuntungan maupun bencana, bergantung pada pemanfaatan tuturan tersebut. Yang pasti adalah bahwa munculnya sejumlah persoalan sosial yang terkadang berujung pada bencana, antara lain disebabkan oleh ketakterkendalinya faktor tuturan dalam tindakan. (Halid, 1997: 137)

30.    a.  blk nikny lbusu nsb
      lbusuk km toGitu doea akuelai
      nipek ri meG meGan
        
            Ballaka nikanaya lambusuk nasabak
            Lambusuka kamma tongintu doek akkullei
            Nipake ri mange-mangeanna

b.  Rumah dikatakan lurus karena
        yang lurus seperti juga uang yang bisa
        dipakai dimana-mana

c.  Milikilah kejujuran sebab 
       kejujuran itu ibarat uang yang bisa
       berlaku dimana-mana

d.  Pappasang ini biasanya digunakan dalam masyarakat Makassar karena pappasang di atas menggambarkan betapa pentingnya kejujuran itu dimiliki oleh setiap individu. Kejujuran nilainya sama dengan uang. Artinya, kejujuran itu mendatangkan dan menghasilkan ketenangan dan ketenteraman hidup. Setiap individu yang menjadikan kejujuran sebagai landasan hidupnya tidak akan menemui kesulitan dimanapun di dunia ini berada. (Halid, 1997: 138)

31.    Pappasang untuk memelihara dunia
a.    ktutuai aen lino
kljemm ainek
pun ttili buty pelw mmi

Katutui anne lino
kala jammengma inakke
punna tattiling buttaya palewa mami

b.  Peliharahlah dunia ini
karena  mati saya
apabila miring tanah diratakan diharapkan

c.  Peliharalah dunia ini
karena saya akan mati,
apabila tanah miring dapat diratakan

d.  “Peliharalah dan pergunakanlah dunia ini sebaik-baiknya selama kita hidup.”
Pappasang ini suatu ajaran agama yang mempunyai arti dan makna agar setiap manusia yang lahir ke dunia mempunyai kewajiban untuk hidup dan mempergunakan dunia ini dengan segala isinya. Oleh kerna itu, segala isi bumi ini untuk keperluan hidup manusia sesuai dengan ajaran dan aturan yang telah diberikan oelh Tuhan kepada manusia.
Setiap orang harus menyakini dan mengetahui isi bumi dan termasuk manusia tidak kekal dan akan berakhir pada waktunya, maka selama hidup dipergunakan dan diatur dengan sebaik-baiknyauntuk keperluan hidup manusia yang hidup. Ungkapan ini juga sering dipesankan oleh seseorang yang meningalkan sesuatu kepada keturunannya apakah sebai warisanatau apakah kekuasaandan kewajiban-kewajiban agar dijaga dan dipergunakan sesuai dengan ketentuan dan kewajaran karena semua ini adalah pemberian Tuhan Yang Mahakuasa dan kemauan tiap orang tak dapat dipakasakan begitu saja kerena telah ada hukum dan ketentuan kodrat yang mengaturnya. Pappsang ini sangat erat hubungannya dengan ajaran agama yang mana setiap orang harus mensyukuri pemberian dan karunia dari Tuhan dengan tidak menilai besar atau kecilnya karunia tersebut. 
(Tangdilintin, 1984: 33—34)

32.    Pappasang untuk berdoa dan bertobat selagi masih hidup
a.    Nro nroko nutob
rigtiN tlsnu
metko sl nnu ssl kelnu

Nganro-nganroko nutobak
rigantingang tallasaknu
mateko sallang nanu sassalak kalennu

b.  Mintalah-mintalah bertobat 
sewaktu-waktu ketika-hidup
mati-kau nanti kau sesalkan dirimu

c.  Berdoa dan bertobatlah selagi hidup nanti engkau mati menyesalkan dirimu.

d.  “Pergunakan hidupmu untuk bertobat dan untuk selamat dunia akhirat”.
Pappasang ini adalah nasehat dan pesan-pesan yang selalu disampaikan oleh setiap pemimpin agama di manapun berada dalam membimbing umatnya. Bahwa hal ini harus dinasehatkan demikian karena manusia di bumi ini pada waktu berada dalam kesenangan biasanya lupa kepada perintah dan ajaran Tuhan dalam menempati dunia yang fana.
Jadi pappasang ini selalu diungkapkan karena melihat berbagai pengaruh dan godaan yang dapat membahayakan kehidupan di dunia serta kehidupan di akhirat dan ini adalah tugas dari setiap pemimpin agama tidak boleyh bosan dalam memberikan nasehat kepada siapapun saja. Dengan nasehat tersebut dapat memperbaiki akhlak serta perbuatan baik antara sesama manusia terutama dalam menjalakan perintah Tuhan yaitu percaya dan bertakwa kepadanya.
Pappsang atau nasehat tersebut sangat berguna sebagai suatu cara mengajak kepada semua manusia jangan terpengaruh dengan seluruh kebuasan dunia serta segala kemunafikan yang terdapat di masyarakat, sehingga diharapkan terjadi saling menghargai sesama manusia serta selalu rukun dean damai dalam menjalani hidup di dunia ini. Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin dan jiwa pada waktu meninggalkan dunia yang fana dan penuh dengan berbagai angkara murka dan tetap akan mendapat kehidupan dengan selamat di akhirat. 
(Tangdilintin, 1984: 44)

33.    Pappasang jika nanti berpisah dengan seseorang
a.    pun sl sibokoai
etaki repa kodi
Repa gol
Nkurepki kluku

Punna salang sibokoi
teaki rampeak kodi
rampeak gola 
naku rampeki kaluku

b.  Kalau nanti berpisah
 jangan membicarakan buruk
bicaralah gula 
kubicarakan kelapa 

c.  Kalau nanti berpisah jangan membicarakan kekurangan, tetapi bicarakan kebaikan

d.  “Kalau berpisah berbuat baiklah dan katakan yang baik”.
Pappsang ini merupakan ungkpsan yang sangat perlu diingat dan diketahui serta diikuti karewna mengajak kepada kita atau semua orang selalu membicarakan kebaikan atau selalu bersikap baik agar kekeluargaan dan perhubungan untuk selalu membina persatuan yang terjadi di antara setiap orang yang bergaul dan berhubungan. Jika kita selalu membicarakan kejelekan orang maka akan memancing pertentangan atau keretakan, oleh karena itu sangat perlu memlihara hubunganb itu dengan mengungkap saja yang baik dan jangan sebaliknya.
Perbuatan yang hanya mengungkap atau membicarakan kejelekan orang lain akan membicarakan pula kejelekan kita karena setiap manusia pasti ada kejelekannya dankebaikannya. Makna dari pappasang ini adalah sebagai nasehat atau pembinaan sosial untuk terjadinya persatuan dan kerukunan di antara seluruh masyarakat tanpa terkecuali siapapun orangnya. (Tangdilintin, 1984: 47—48)

34.    a.  nku men rimroku
korikori ri megku 
eker wtu nkumoetr

Nakku manne rianrongku,
kori-kori ri manggeku,
kere wattu nakummotere

b.  Rindu sudah kepada ibuku, 
sangat rindu kepada bapakku 
ku kembali bertemu.

c.  Kerinduan dan kecintaan kepada orang tua adalah tidak ada batasnya.

d.  Pappasang ini adalah ungkapan yang sering diungkapkan oleh seorang yang meninggalkan orang tuanya pergi jauh dan mengenangkan kepada mereka sehingga kerinduannya yang demikian itu dapat memperdalam cinta kasih kepada orang tua.
Pappasang ini sebagai ajaran yang sering diajarkan oleh pemimpin agama apapun agar supaya menghormati dan mengcintai orang tua kita karna kita lahir atas muka bumi ini karena orang tua kita. Ini membuktikan bahwa kita tidak boleh melawan dan mendurhakai kepada orang tua agar kita mendapat berkah dan karunia dari tuhan.seorang anak yang berpendirian demikian itu selalu selamat dimanapun berada karena doa dan harapan-harapan orang tua selalu menyertainya di mana pun berada.
Pappasang ini besar sekali maknanya bagi pendidikan seorang anak guna mencintai orang tuanya selama lamanya sebagai suatu tuntutan dari ajaran agama.  (Tangdilintin, 1984: 42)

35.    a.  sidlai bulun tikokon
sislai bulun tikokon 

Sisalai bulunna tingkokona,
sisalai bulunna tingkokona.                       

b.  Berbeda bulunya dan dengan  bunyinya 
berbeda bulunya dan bunyinya.
            
c.  Berbeda nilai atau derajatnya atau perbuatannya. 

d.  Pappasang mengemukakan seseorang dengan memperkenelkan bagaimana keturunan dan lingkungan keluargannya terutama bagi orang berketurunan akan memberi keyakinan bahwa orang ini akan bersikap dan bertingkah laku yang dapat dihormati dan dibanggakan.
            (Tangdilintin, 1984: 54)

36.    a.  etako earo ni puji nipelec tmtpu, 
kl knnu eles ri kutu toejnu

Teako erok nipuji nipalece tamattapu,
kala kanannu lessek ri kuntu tojennu.

b.  Jangan mau dipuji-puji,dibujuk terus-menerus kalau ada kata-katamu kau mengelak dari janjimu.

c.  Sesuaikan perbuatan dengan kata-kata akan nampak.

d.  Pappasang ini sebagai cambuk dan peringatan bagi setiap pemimpin ataupun tokoh masyarakat yang selalu memberi nasihat kepada orang lain. Bahwa setiap orang yang memberi nasehat itu harus berfikir-fikir lebih dahulu apakah nasehat itu tidak keluar dari rel karena tidak kurang seorang pemimpin yang berteriak atau memberi peringatan dan nasehat,tetapi dalam perbuatannya sendiri selalu nampak hal-hal yang bertentangan dengan apa yang di katakannya. 
            (Tangdilintin, 1984: 59)

37.    a.  aenmea gol toj
   kluku mnis toj
   aen aloa pria jupai mm

Mae golla tonkja
kaluku manisan tonja
anne alloa paria jumpai mama

b.  Dahulu saya gula
dahulu saya kelapa
sekarang saya pare

c.  Jika dahulu baik, kemudian hari dapat tidak baik, maka harus sabar dan bertakwa kepada tuhan yang menentukan.

d.  Makna dari  pada pappasang ini ialah memberi nasehat dan pendidikan agar supaya setiap orang  itu pada waktu senang  dan berbahagia jangan mengira bahwa keadaan demikian itu akan terus berlangsung karena sekali waktu dapat sebaliknya, jadi jangan berbangga dengan keadaan yang baik itu, sehingga dinasehatkan agar supaya selalu bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa yang menentukan seluruh perjalanan hidup manusia. (Tangdilintin, 1984: 20)

38.    a.  bji mki asmturu nni kliki borit
yn nia eapot mGurGi 
            
Baji maki assamaturu  nani kalliki boritta
yangna niak empota mangngurangi.            

b.  Baiklah kita bersatu menjaga kampung
negeri agar ada yang tinggal ingat.

c.  Kita harus membangun Negeri untuk dikenang oleh anak cucu dikemudian hari.  

d.  Pappasang ini diungkapkan oleh Pemimpin yang telah membangun dengan mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat turut bahu-membahu dalam membahu negeri ini akan ditinggalkan kepada kita.
     (Tangdilintin, 1984: 25)

39.    a.  bolim km tun epo kmesmes etn anu kodi ri atiku

Bolima kamma tuna empo kamase-mase assalak tena anu kodi ri atingku.
       
b.  Biarlah bagaikan rendah kelihatan  asalkan tidak dianggap tidak baik dalam hatiku.

c.  Sekalipun aku rendah dan hina kelihatan tetapi dalam hatiku.

d.  Pappasang ini sebagai pernyataan dari orang yang dianggap oleh pihak lain sebagai orang yang tidak baik atau dihina-hina, tetapi perbuatan dan tingkah laku serta hatinya tidak demikian.   (Tangdilintin, 1984: 26)

40.    a.  etako aelai brn pun etaai kau pt
  etako aelai kyu niboli pun etyai kau amoli
  etako aelai kyu niboli ri cpn pun etyai kau    
  ant.

Teako allei baranna punna teai kau pata,
teako allei kayu niboli punna teyai kau ammoli,
teako allei kayu ni boli ri cappana punna teyai kau annatak.

b.  Jangan mengambil barang-barang yang bukan milikmu,
jangan mengambil kayu yang disandarkan jika bukan engkau      menyandarkannya,
jangan mengambil kayu yang ditetak ujung pangkalnya jika bukan engkau yang menetaknya. 
              
 c.             Mengungkapkan kebiasaan orang kampung menyan-darkan atau menetak      kedua ujung kayu yang diambilnya di hutan sebagai tanda sudah berpemilik.   

 d. “Janganlah mengambil barang oarng kalau bukan kita punya.”
Pappasang ini mengartikan bahwa jika kalau bukan kita yang simpang kayu janganlah di ambil karena itu dosa. Pappasang ini terkenal sekali dalam kehidupan orang Makassar yaitu seseorang pergi kehutan ambil kayu dan bertanda sudah miliknya, orang Makassar di hutan ambil kayu dan sumber kehidupan di dalam hutan kerena banyak sumber daya alam. Pappasang ini memiliki nilai-nilai yaitu percaya kepada diri sendiri serta berani dalam kejujuran dan bekerja keras dengan penuh rasa tanggung jawab.
(Haddade1986:15)

41.    a.  nia tlu ebet lino aiymiatu
tau etgs
tau jujuru
kn toej

Niak tallu benteng lino iyamiantu
tau tegasak
tau jujuruk
kana tojeng.

b.  Ada tiga hal yang dapat dijadikan patokan yaitu : 
     keteguhan
kejujuran
ucapan yang benar.

c.  Tidak mungkin ada keteguhan selama diliputi keragu-raguan, sedangkan keraguan-raguan timbul diakibatkan oleh perbuatan yang tidak diyakini kebenarannya.

d.  “Keteguhan dalam bahasa Makassar disebut   yang berarti tegas, tangguh, teguh pada keyakinan dan taat asas
Pappasang ini selalu dikumandangkan di masyarakat Makassar dalam melaksanakan sesuatu kewajiban bersama untuk dinikmati bersama oleh seluruh warga masyarakat.
Pappasang ada tiga hal yang menjadi kiat utama merantau yakni; Kejujuran, Keteguhan hati, tutur kata yang berlandaskan kebenaran, dan keikhlasan menerima apa adanya. Oleh sebab itu, janganlah kamu salah rencana dan salah melangkah, dan juga janganlah kamu pernah meninggalkan sembahyang lima waktu, serta janganlah kamu memandang remeh petuah ini, karena itu mengandung kebenaran yang akan menjadi kenyataan kelak.
Pappasang ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Makassar sebagai pappasang yang arti dan makna keteguhan dalam merantau di kampung orang lain dan bersekutu untuk membina kesatuan. (Mahmud, 1986: 23)

42.    a.  sdrki meG ri al tal
      nsb al tal aserki pmoporo ri lino siag ri aehr.

Sandaraki mange ri allah taalah
nasabak allah taalah angsareki pammoporok ri lino siagang ri aherak

 b. Berlindunglah kepada tuhan,
                 tuhan maha pemberi ampun di dunia dan di akhirat.

        c. Bertaubatlah dan berbuat amal sebagai bekal ke akhirat.

        d.             “Bertaubatlah kepada tuhan, tuhan pemberi ampun di sunia dan di akhirat”
Pappasang ini sangat berguna untuk masyarakat Makassar untuk selalu mengingatkan kepada setiap orang agar taat  kepada agama dan menyembah kepada Tuhan serta mengenal dan mau membantu sesama manusia yang tidak berkemampuan.
Pappasang ini adalah nasehat dari masyarakat Makassar yang selalu diucapkan oleh pemuka agama dalam memberikan pelayanan agama atau ceramah keagamaan, karena dengan keyakinan bagi setiap umat dapat berbuat sesuai dengann tuntunan agama, yaitu selama masih hidup harus taat dan percaya serta bertaubatlah agar Tuhan menghapus dosamu, demikian pula beramal kepada sesama manusia terutama kepada yang tidak mampu sebagai perbuatan yang merupakan tuntunan agama, karena mengkasihani sesama manusia. Juga dalam hal ini mengajarkan makna jangan terlalu dikendalikan oleh nafsu serakah dan terpesona kepada kemewahan dunia, sehingga lupa akan kewajiban yaitu bersembahyang dan menghasihani sesama manusia. Semua agama mengajarkan ajaran tersebut serta  merupakan kewajiban dari setiap orang yang beragama. (Mahmud1989: 43)
43.    Pappasang untuk jaga diri menjelang malam
a.    etako asuluki pun sr alo. nsb sn jain ppisk aiyerk sb nnugp pun etn nki apileGri ri knkn siag ppisk nipbtuaGki ri kbjik ri bt kely.

Teako assuluki riballak punna sakrak alloa, nasabak sanna jaina pappisangka iareka sabak nanugappa punna tena naki appilanggeri ri kana-nana siagang pappisangka nipabattuangngangki ri kabajikang ri batang kaleya.

b.  Jangan keluar di rumah kalau menjelang malam, karena banyak sekali larangan atau sebak kau dapat kalau tidak mendengar dibilang-bilang dan larangan yang disampaikan di kebaikan batang tubuh.

c.  Janganlah engkau keluar rumah jika menjelang malam, karena banyak larangan serta musibah yang didapat jika kita tidak mendengar perkataan serta larangan yang disampaikan untuk kebaikan diri kita sendiri.

d.  Pada dasarnya, seseorang baik gadis maupun laki-laki tidak dianjurkan untuk keluar pada saat menjelang malam, dan apabila dia melanggar maka dipercayai akan terjadi sesuatu yang akan menimpa dirinya. Pappasang ini biasanya disampaikan oleh masyarakat Makassar untuk anak-anaknya yang ingin keluar saat menjelang malam. (Saptika, 1952: 11)

44.    Pappasang untuk tidak memasak sayur pare
a.    etako amli pria pun alo jum. nsb aill tlsk nia niaerGG eten siag pai. pun apluki priy ri alo jumk etnmo tw nrup nikny keteny. Nsb kelb llGGi pain tlsk.

Teako ammalli pariya punna allo jumak, nasabak ilalang tallasaka niak niarengangngang tekne siagang paik, punna appalluki paria ri allo jumaka tenamo tawwa nanrumpa nikanaya katekneang, nasabak kalekbak lalangngangi paikna tallasaka.

b.  Jangan kau membeli pare kalau hari jumat, karena dalam hidup ada namanya manis dan pahit, kalau masak pare di hari Jumat tidak menemukan namanya manis, karena sudah dalam pahit hidup.

c.  Janganlah membeli sayur pare pada hari Jumat, karena di dalam hidup ada yang disebutkan dengan manis dan pahit. Jika kita memasak sayur pere di hari Jumat itu tidak akan ada yang namanya manis karena terlanjur dalam pahitnya hidup.

d.  Kita dianjurkan untuk tidak membeli sayur pare pada hari Jumat, karena leluhur kita dulu pernah mengalami yang namanya pahitnya hidup dan kita harus percaya dalam hal ini karena di dalam budaya Makassar pappasang ini masih sakral digunakan dan apabila melanggar maka dipercaya kita akan mengalami hidup yang begitu pahit (sengsara). (Saptika, 1952: 15)

45.    Pappasang untuk gadis yang duduk di tangga
a.    etako aempoai ri brisin tukk. nsb ajo nikny del etn niaesGi akn tsuek iaiyerk ttokoki. pun aempo tw ri tukk aNtNtai akn nitokoki tu lmeGa asuro ri bl siag nitokoki tauw del nani ejp boyboyy ri lino siag ri aehr.

Teako ammempoi ri barrisikna tukaka, nasabak anjo nikanaya dallek tena niassengi angkana tassungke iyareka tattongkoki. Punna ammempo tawwa ri tukaka aknyata-nyatai angkana nitongkoki tu lamangea assuro ri ballak siagang nitongkoki tawwa dallek nanijempang boya-boyanga ri lino siagang ri aherak.

b.  Jangan kau duduk di baris tangga, karena itu dibilang rezeki tidak tahu terbuka atau tertutup. Kalau duduk di tangga nyata-nyata dibilang ditutup mau pergi melamar di rumah dan ditutup rezeki dan pencarian dunia dan akhirat.

c.  Janganlah engkau duduk di baris tangga, karena itu rezeki kita tak tahu kapan terbuka dan tertutup. Jika duduk di tangga itu sudah nyata bahwa tertutuplah orang yang ingin meminang kita serta ditutupkan rezeki serta penghidupan di dunia dan akhirat.

d.  Seorang anak gadis yang dilarang untuk duduk di baris tangga, karena jika kita melanggar pappasang tersebut. Hidup seorang gadis akan buruk. Dan tidak akan mendapatkan pasangan di hari kelak nanti serta ditutupkan Rezekinya. (Saptika, 1952: 17)

46.    a.  earoku elbmi kugauk kupek bju cdiku amt.

  Erokku lekba’mi kugaukang kupakei baju cakdiku ammantang.

b.  Keinginan selesai ku-ikuti kepakai baju kecilku hentikan.

c.  Telak kuakui inginan hatiku tetapi kini hatiku kecilku telah menghentikan.

d.  Ungkapan ini adalah sebagai pernyataan dari seseorang untuk diketahui orang lain tentang maksud dan tujuan yang pernah direncanakan dan sudah diketahui orang lain. Bahwa pernyataan semacam ini ada jikalau seseorang sudah menyesali dirinya baik karena bertentagan dengan orang lain, sehingga mengatakan demikian berarti benar-benar sudah menyadari apa yang dibuatnya itu tidak mendapat sambutan orang lain.    (Suwondo, 1982: 24)

47.    a.  krea etn n tp pun hki js etn nGer sogok.

Karaeng tena na tappa punna hakim/jaksa tena nangnganre sogokang

b.  Raja tak –--mengepit hakim/jaksa tak--– makan sogok

c.  Pemerintah dan hakim/jaksa hendaknya berlaku jujur dan adil tak ada yang dianakemaskan.

d.  Yang dimaksud dengan pemerintah di sini ialah semua yang berkedudukan pemimpin atau berstatus membawahi sekolompok masyarakat dengan satu aturan dalam tangannya, serta hakim juga di sini adalah semua orang atau pihak yang akan mengadili atau menyelesaikan persoalan masyarakat dengan kekuasaan dan peranan dalam tangannya.
Jadi, ungkapan ini sebagai nasehat kepada pemerintah ataupun kepada hakim agar berlaku jujur dan adil dalam masyarakat dan jangan pilih kasih serta jangan mementingkan harga untuk mengorbankan kebenaran.
Mengatakan bahwa ungkapan ini adalah ungkapan sebagai pesan dari seorang ahli pemerintahan dan kemasyarakatan bernama kajao laliddo ratusan tahun yang lalu. Kajao laliddo banyak menasehatkan hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan serta pemerintahan dan sampai sekarang ini menjadi ungkapan yang dipegang di seluruh kelompoketnis bugis.
Jadi, nilai etis yang dikandung dengan ungkapan tersebut ialah pembinaan pribadi kepada pemimpin-pemimpin yang mendapat kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat. (Suwondo, 1982: 25)

48.    a.  earok kau niGai tiai an 
siag tiaito byao boto.

Erokka kau ningai ingka tiai anak
siagang tiaitong bayao botto.

b.  Maukah –-kau disukai engkau bukan-– anak juga bukan telur –-busuk

c.  Hendak disengani tetapi bukan anak juga bukan orang tidak baik.

d.  Dari ungkapan ini ialah menyatakan bahwa seperti: Seseorang yang diberikan sesuatu pekerjaan kenyataannya tidak bertanggung jawab sehingga tidak dihargai atau disengani. Bahwa orang di masyarakat maunya diperlakukan dengan baik dan dengan perhargaan yang cukup, tetapi sebaliknya tidak dapat memperlihatkan suatu sikap yang dapat menarik perhatian untuk disengani akhirnya menjadi orang yang lain malahan bosan dan tidak memberi penghargaan yang semestinya.
     (Suwondo, 1982: 26)

49.    a.  etako rnu duduai pun nia kluku amt
aik anu etn boenn.

Teako rannu dudui punna niak kaluku ammattung
ingka Anu tena bonena.

b.  Jangan kau gembira sekali jatuhnya kelapa yang kosong isinya.

c.  Jangan terus bergembira pada waktu mendapat sesuatu yang kedengarannya besar tetapi manfaatnya tidak ada.

b.  Bahwa seseorang yang sering mendapat barang yang sangat berharga dengan tiba-tiba, tetapi pada waktu hendak memanfaatkan barang itu tidak ada gunanya atau tidak bermanfaat bagi dirinya.Dapat diberikan contoh: Umpamanya seorang yang mendapatkan seluas tanah yang berbatu-batu sebagai sesuatu harga kekayaan yang besar kelihatannya atau kedengarannya besar tetapi apa jadinya kemudian tanah berbatu-batu itu tidak ada sesuatu yang dapat diperoleh dari padanya karena tidak ada hasilnya, sehingga orang yang melihat orang mendapat tanah berbatu-batu dulunya gembira itu mengatakan “Aja mumarennu wegang enrunna kalukue nagalongkong lisena.”. (Suwondo, 1982: 26)


No comments:

Post a Comment