Karya: Desy Arruan
Dua mahasiswa yang saat ini sedang mngerjakan terlihat begitu kebingungan dalam membaca buku, sepertinya mereka sedang mengerjakan tugasnya. Saya menghampiri mereka karena salah satu dari mereka adalah teman sekampung saya di Toraja. Saya pun menghampiri mereka dan menyapa mereka. “Hai, lagi mengerjakan apa?”, kataku. “Hai, Kak, nih lagi mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, tugasnya agak berat dan sulit dipahami menurut kami, kata Desy Arruan, teman satu kampungku itu. “Oh, ya! Sini saya bantu, “kataku. “Wah, dengan senang hati, Kak!” terlihat senyum dari bibir mereka.
Dua mahasiswa yang saat ini sedang mngerjakan terlihat begitu kebingungan dalam membaca buku, sepertinya mereka sedang mengerjakan tugasnya. Saya menghampiri mereka karena salah satu dari mereka adalah teman sekampung saya di Toraja. Saya pun menghampiri mereka dan menyapa mereka. “Hai, lagi mengerjakan apa?”, kataku. “Hai, Kak, nih lagi mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, tugasnya agak berat dan sulit dipahami menurut kami, kata Desy Arruan, teman satu kampungku itu. “Oh, ya! Sini saya bantu, “kataku. “Wah, dengan senang hati, Kak!” terlihat senyum dari bibir mereka.
Saya: (sambal mengambil dan menatap tugas yang sedang mereka
kerjakan) Oh, tentang Ejaan Bahasa Indonesia, ya?
Desy: iya, Kak! (sambil mengangguk)
Saya: bagian mana yang kalian tidak pahami?
Asry (teman Desy) yang bagian pemakaian bentuk maha, Kak!
Saya: Ok, perhatikan, ya!
Sambil melihat catatan yang ada di buku tersebut dan
mendengarkan penjelasan saya, terloihat keseriusan mereka memperhatikan yang
saya jelaskan.
Saya: Bentuk maha adalah kata terikat dengan kata lain, artinya
kata maha harus diikuti oleh kata dasar, kecuali kata Esa, contoh: mahasiswa,
Mahakuasa, Mahabesar, Mahaagung, Mahakaya. Maha Esa ditulis terpisah, karena
Esa diberi pengecualian pada aturan PUEBI. Kalau menurut saya pribadi Esa
adalah sifat Tuhan yang hanya dimiliki oleh Tuhan, berbeda dengan sifat Tuhan
yang lain, misalnya, besar, kuasa, agung, dll. Selanjutnya untuk kata turunan,
apabila bertemu dengan bentuk maha penulisannya ditulis terpisah, contoh: Maha Pengasih,
Maha Penyayang, Maha Pengampun, dst.
Desy: O, … begitu?
Sekarang saya paham, Kak. Terima kasih banyak ya, Kak, atas penjelasannya!
Saya: Oke deh, kalau ada tugas mata kuliah lain silakan
ditanyakan, kita akan sama-sama belajar dan menyelesaikan tugas.
No comments:
Post a Comment