body

Wednesday 13 December 2017

Cerpen Pemakaian Bentuk Terikat "maha"

Karya: Desy Arruan

Dua mahasiswa yang saat ini sedang mngerjakan terlihat begitu kebingungan dalam membaca buku, sepertinya mereka sedang mengerjakan tugasnya. Saya menghampiri mereka karena salah satu dari mereka adalah teman sekampung saya di Toraja. Saya pun menghampiri mereka dan menyapa mereka. “Hai, lagi mengerjakan apa?”, kataku. “Hai, Kak, nih lagi mengerjakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, tugasnya agak berat dan sulit dipahami menurut kami, kata Desy Arruan, teman satu kampungku itu. “Oh, ya! Sini saya bantu, “kataku. “Wah, dengan senang hati, Kak!” terlihat senyum dari bibir mereka.
Saya: (sambal mengambil dan menatap tugas yang sedang mereka kerjakan) Oh, tentang Ejaan Bahasa Indonesia, ya?
Desy: iya, Kak! (sambil mengangguk)
Saya: bagian mana yang kalian tidak pahami?
Asry (teman Desy) yang bagian pemakaian bentuk maha, Kak!
Saya: Ok, perhatikan, ya!
Sambil melihat catatan yang ada di buku tersebut dan mendengarkan penjelasan saya, terloihat keseriusan mereka memperhatikan yang saya jelaskan.
Saya: Bentuk maha adalah kata terikat dengan kata lain, artinya kata maha harus diikuti oleh kata dasar, kecuali kata Esa, contoh: mahasiswa, Mahakuasa, Mahabesar, Mahaagung, Mahakaya. Maha Esa ditulis terpisah, karena Esa diberi pengecualian pada aturan PUEBI. Kalau menurut saya pribadi Esa adalah sifat Tuhan yang hanya dimiliki oleh Tuhan, berbeda dengan sifat Tuhan yang lain, misalnya, besar, kuasa, agung, dll. Selanjutnya untuk kata turunan, apabila bertemu dengan bentuk maha penulisannya ditulis terpisah, contoh: Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, dst.
Desy: O, …  begitu? Sekarang saya paham, Kak. Terima kasih banyak ya, Kak, atas penjelasannya!
Saya: Oke deh, kalau ada tugas mata kuliah lain silakan ditanyakan, kita akan sama-sama belajar dan menyelesaikan tugas.


No comments:

Post a Comment